Sinopsis
Film “Di Timur Matahari"
Kalau ada anak-anak seumur
SD di Papua yang mendongak ke langit menanti sesuatu, jangan pikir mereka adalah sekelompok bocah “udik” yang belum pernah melihat pesawat. Yang mereka tunggu bukan pesawatnya, melainkan seorang guru yang akan turun dari pesawat itu untuk mengajari mereka.
SD di Papua yang mendongak ke langit menanti sesuatu, jangan pikir mereka adalah sekelompok bocah “udik” yang belum pernah melihat pesawat. Yang mereka tunggu bukan pesawatnya, melainkan seorang guru yang akan turun dari pesawat itu untuk mengajari mereka.
Mazmur (Simson Sikoway), Thomas (Abetnego Yigibalom), Yokim (Razz
Manoby), Agnes (Maria Resubun), dan Suryani (Friska Waromi) merupakan
anak-anak di Lanny Jaya, Papua, yang hari-harinya selalu menanti sosok
guru. Karena pahlawan tanpa tanda jasa itu tak kunjung datang, mereka
pun menghabiskan waktu dengan main bola, menyanyi, sampai mencari kerja.
Sayang, keceriaan mereka harus terusik oleh konflik antarsuku yang
terjadi. Karena uang palsu yang didapat dari warga kampung sebelah,
Blasius, ayah Mazmur, memukul seseorang sampai berdarah. Di tengah
jalan, mendadak Blasius dihadang dua orang dengan busur di tangan
mereka. Di depan mata Mazmur, mereka memanah Blasius sampai ia
meninggal. Konflik memanas. Alex, salah satu adik Blasius, ingin
membalas dendam dengan mengobarkan bendera perang.
Sebenarnya, Michael (Michael Jakarimilena/ Mike Idol) sudah mencoba
melarang Alex atas nama cinta kasih. Ia juga salah satu adik Blasius,
namun sejak kecil tinggal bersama ‘mama Jawa’ di Jakarta untuk sekolah.
Mendengar berita duka soal kakaknya, Michael kembali ke tanah Papua
bersama istrinya, Vina (Laura Basuki). Baginya, tidak setiap perang
harus dilawan dengan perang.
Di belakang Michael, Pendeta Samuel (Lukman Sardi), Bu Dokter (Ririn
Ekawati), dan Ucok (Ringgo Agus Rahman) turut mendukung perdamaian itu.
Prinsip yang sangat bertolak belakang dengan Alex.
“Mata dibalas mata, gigi dibalas gigi,” kata Alex tegas.
Menyelamatkan harga diri, bagi Alex, lebih penting dari nyawa
sendiri. Yang juga dibalas ketegasan dari seorang dokter, “Jangan pernah
suruh saya mengobati orang-orang yang terluka karena perang,” ujar Bu
Dokter sebagai bentuk protesnya terhadap perang.
Genderang yang terlanjur ditabuh, tak dapat terelakkan. Korban perang
suku berjatuhan. Setelah Blasius, papa Agnes bernama Joseph juga
meninggal. Puncaknya, Alex yang juga papa Thomas, turut menjadi korban.
Tak tahan dengan kemelut permasalahan antar orang dewasa yang
membelit mereka, anak-anak pun akhirnya bersuara. Meneriakkan keinginan
polos mereka di antara dua suku yang tengah berperang, yakni kedamaian.
Dan nyanyian tulus mereka itulah yang mampu meluluhkan senjata
orang-orang dewasa yang selama ini teracung tinggi-tinggi untuk saling
melawan. Perubahan yang dibawa Mazmur dan kawan-kawan melalui nyanyian
serta prinsip kedamaian mereka, membuat orang-orang akhirnya mau
bergandengan tangan.
Sekelumit potret kehidupan di Papua itu direkam oleh Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen dalam film Di Timur Matahari.
Sebenarnya, Papua hanya satu contoh kecil tentang kejamnya perilaku
orang dewasa yang kadang berkonflik tanpa memedulikan anak-anak. Melalui
film ini, kita seakan “ditohok” oleh kepolosan anak-anak yang masih
murni tanpa tendensi.
Dialog-dialognya terasa wajar dan sangat hidup, terkadang mengusik rasa humanis dalam diri kita. Film Di Timur Matahari bukan hanya menyuguhkan keindahan alam Papua, tapi juga banyak pelajaran kemanusiaan yang bisa diambil dari sana
Kutipan Dari
Film “Di Timur Matahari"
"Wanita diciptakan dari tulang rusuk pria, jika pria memukuli wanita, sama saja dia memukuli dirinya sendiri."