Sinopsis Film “Teri Meri Kahaani” :
Poona 1960, aktris Ruskar dan musisi Govind tak sengaja bertemu di gerbong kereta dan saling terpikat. Inggris 2012, pelajar Radha dan Krish tiba-tiba bertabrakan di jalan. Sargodh 1910, penduduk sipil di tengah pergolakan politik Aradhana dan Javed mendadak berjumpa di teras rumah. Ketiga bentuk permainan takdir itu membuat dua sejoli tersebut jatuh cinta walaupun harus menghadapi rintangan yang tidak mudah dilalui. Benarkah cinta sejati itu tak lekang oleh waktu?
Sutradara
Kohli memilih gaya narasi yang tidak biasa untuk setiap masa dalam
framenya masing-masing. Bukan perkara sulit mengingat sejuta kemungkinan
konflik yang biasa menerpa sebuah hubungan cinta akan selalu ada mulai
dari perjodohan, perselingkuhan, pemutusan hingga cinta segitiga. Kohli
tinggal bermain dengan dramatisasi yang dipadukan dengan karikatural
komedi yang menitikberatkan pada bahasa tubuh Priyanka-Shahid dan music
latar karya. Sayangnya semua berjalan dalam pararelisme yang lambat dan
cenderung membosankan.
Priyanka dan Shahid memang belum menghadirkan chemistry yang maksimal tetapi keduanya terlihat meyakinkan dalam membawakan kepribadian yang beragam pada tiga periode tersebut. Lontaran dialog-dialog puitis yang tercipta di antara mereka terkadang membuat anda membelalakkan mata walau tak jarang membuat anda menyunggingkan senyum. Karakterisasi yang tidak berkembang dari lemahnya skrip tak mampu ditutupi sehingga keterikatan penonton untuk larut dalam jalinan kisah pun tergolong minim.
Menit-menit terakhir Teri Meri Kahaani agaknya dijahit secara instan
sedemikian rupa untuk membuahkan sebuah konklusi manis bahwa takdir
cinta sejati akan selalu menemukan jalan untuk kembali. Naif memang tapi
tidak ada salahnya diperjuangkan dengan keyakinan penuh jika kesempatan
itu datang. Suatu esensi yang memang diharapkan dan sudah dapat
diprediksi sebelumnya oleh para penonton yang sepertinya tidak antusias
lagi menyongsong endingnya karena terlanjur merasa lelah. Don’t blame us because we’ve been told the whole stories before with all those cliché and similarities!
Kutipan Dari Film “Teri Meri Kahaani” :
"Cinta itu bukan dilihat dengan mata melainkan hati."