Sinopsis Dari Film “The Mirror Never Lies” :
Sebuah karya film yang mengambil tema tentang tradisi salah satu suku di Indonesia, yaitu Suku Bajo. Film yang berjudul The Mirror Never Lies
menyajikan keindahan alam Indonesia. Film besutan Kamila Andini ini,
membuat mata kita benar-benar dimanjakan dengan indah pemandangan alam
Wakatobi, Sulawesi Tenggara, dengan hamparan laut yang berisikan
ikan-ikan beserta terumbu karang yang indah.
Dalam film ini kita akan melihat akting
persahabatan tiga anak asli Suku Bajo, yaitu Gita Novalista, Eko dan
Zainal. Meskipun pertama kali mereka berakting, namun kualitas aktingnya
patut diacungi jempol. Tak berlebihan jika mereka dikatakan mampu
mengimbangi akting bintang sekelas Reza Rahardian dan Atiqah hasiholan.
Mereka berhasil menujukkan aktingnya yang sangat natural. Kenaturalan
film ini juga ditampilkan lewat dialog yang sebagian diucapkan dalam
bahasa Suku Bajo, tentunya dengan subtitle Bahasa Indonesia.
The Mirror Never Lies
mengisahkan seorang anak perempuan bernama Pakis yang diperankan oleh
Gita Lovalista, yang duduk di bangku sekolah dasar. Ia merindukan
ayahnya yang hilang ketika mencari ikan di laut. Cermin adalah pemberian
terakhir dari ayahnya sebelum menghilang, kemana pun ia pergi cermin
itu selalu dibawa. Ia tak pernah lelah untuk menanti ayahnya kembali.
Pakis bersama sahabatnya Lumo, berupaya
mencari jawaban akan keberadaan sang ayah. Namun usaha Pakis selalu saja
ditentang oleh ibunya, Tayung, yang diperankan oleh Atiqah hasiholan.
Tayung selalu marah ketika Pakis membicarakan ayahnya, dan berusaha
meyakinkan Pakis bahwa ayahnya telah meninggal. Merasa tidak yakin, anak
perempuan yang sedang beranjak dewasa ini, membawa cermin tersebut
keseorang dukun desa, guna mencari keberadaan ayahnya yang hilang.
Keadaan semakin rumit ketika hadirnya
Tudo yang diperankan oleh Reza Rahadian, seorang peneliti lumba-lumba
dari Jakarta yang tinggal di rumahnya. Lambat laun ada sedikit cinta
yang tumbuh antara Tayung dan Tudo. Pakis juga ternyata menyimpan rasa
suka pada Tudo, karena merasa mendapat figur seorang ayah. Di akhir
cerita, kita akan melihat aksi Tudo bersama lumba-lumba bermain di
lautan bebas Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Pesan demi pesan juga turut mewarnai film
ini, seperti adanya acara adat Suku Bajo, Kabuenga. Tak hanya itu, tapi
juga kekeluargaan yang erat pada Suku Bajo dalam bersama-sama menjaga
laut, karena laut merupakan bagian kehidupan mereka. Dengan keterbatasan
serta sarana pendidikan yang masih minim, mereka berhasil menggambarkan
bagaimana seharusnya manusia mencintai dan menjaga alamnya. Secara
keseluruhan, film ini berhasil mengajak penonton lebih menghargai,
sekaligus lebih mengenal kekayaan Indonesia, terutama laut.
Kutipan Dari Film “The Mirror Never Lies” :
"Aku bermimpi menjadi penyu, yang bisa membawa rumahnya kemana saja."